Pilar Cahaya di Hutan tersembunyi
"Pilar Cahaya di Hutan Tersembunyi"
Langit di atas Desa Niros berubah menjadi ungu setiap malam
bulan purnama. Bagi warga desa, itu adalah pertanda bahwa Pilar Cahaya akan
muncul di tengah Hutan Elden, hutan yang dihuni makhluk-makhluk misterius.
Tidak ada yang tahu pasti asal mula Pilar Cahaya itu. Namun, legenda
turun-temurun menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil menyentuhnya akan
mendapatkan kekuatan untuk mengubah takdir dunia. Malam ini, Kael memutuskan
untuk mengejar legenda tersebut. Pemuda pemberani itu membawa pedang pusaka keluarganya,
menyelipkan belati kecil di pinggang, dan melangkah masuk ke dalam gelapnya
Hutan Elden.
Kael merasa atmosfer hutan sangat berbeda dari biasanya.
Pepohonan besar seperti berbisik, angin dingin menyelinap di sela dedaunan, dan
kilauan kunang-kunang membentuk pola aneh di udara. Langkah kakinya terasa
berat, seakan akar-akar pohon mencoba menghentikannya. Kael melihat bayangan
hitam besar melintas di kejauhan. “Siapa di sana?” serunya, mencoba menahan
gemetar di suaranya. Tiba-tiba, suara gemeretak terdengar dari belakangnya,
diikuti oleh tawa lirih yang menyeramkan. Kael menoleh, dan di sana berdiri
seorang wanita tua berjubah hitam, matanya berkilau seperti kristal.
Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Alira, penjaga
Pilar Cahaya. “Kau mencari kekuatan untuk mengubah takdir dunia, bukan?”
tanyanya dengan nada mengejek. Kael mengangguk, menatapnya dengan penuh tekad.
“Kalau begitu, kau harus melewati tiga ujian,” lanjut Alira sambil mengayunkan
tongkat kayunya. Tiba-tiba, hutan berubah menjadi labirin raksasa. Jalanan yang
tadi lurus kini penuh liku, dan setiap langkah Kael membuatnya merasa seperti
berjalan dalam lingkaran. Ia sadar bahwa labirin ini bukan hanya ujian fisik,
tetapi juga mental.
Ujian pertama muncul ketika Kael dihadapkan pada ilusi
keluarganya. Mereka memohon agar ia kembali ke rumah dan meninggalkan misi ini.
Namun, Kael menutup matanya, mengingat alasan mengapa ia memulai perjalanan
ini: untuk melindungi desanya dari ancaman kelaparan dan kemiskinan. Ia menahan
air matanya dan melangkah maju. Ujian kedua datang berupa seekor naga emas yang
menjaga pintu keluar labirin. Kael harus melawan rasa takutnya dan menatap naga
itu dengan penuh keberanian. "Aku tidak akan melukaimu, jika hatimu
murni," kata naga itu sebelum membuka jalan.
Akhirnya, Kael sampai di hadapan Pilar Cahaya. Cahaya pilar
itu menyilaukan, membuat Kael merasa seakan-akan dirinya hanyalah butiran debu
di alam semesta. Saat ia mendekat, suara Alira kembali terdengar, “Ingat,
kekuatan ini tidak hanya mengubah dunia, tapi juga dirimu. Apa kau benar-benar
siap?” Kael ragu sejenak. Namun, ia menggenggam pedangnya erat dan menyentuh
pilar itu. Dalam sekejap, tubuhnya diselimuti cahaya keemasan, dan Kael merasa
dirinya berubah menjadi sesuatu yang lebih besar dari sekadar manusia biasa.
Kael kembali ke Desa Niros, tetapi ia bukan lagi orang yang
sama. Matanya kini memancarkan cahaya, dan setiap langkahnya membawa ketenangan
bagi tanah yang diinjaknya. Ia menggunakan kekuatannya untuk memulihkan hasil
panen desa, mengusir penyakit, dan melindungi warganya dari bahaya. Namun, jauh
di lubuk hatinya, ia merasa bahwa setiap kekuatan besar selalu memiliki
konsekuensi. Suatu malam, di bawah langit ungu, ia mendengar suara Alira
berbisik di angin, “Perjalananmu belum selesai, Kael. Pilar Cahaya telah
menanam benih takdir yang lebih besar di dalam dirimu.”
Kael menyadari bahwa ini baru awal dari segalanya. Pilar
Cahaya telah memberinya lebih dari sekadar kekuatan—ia kini menjadi bagian dari
takdir dunia. Di tengah senyum warga desa, Kael memandang ke arah Hutan Elden
yang tampak sunyi. Ia tahu, suatu hari, panggilan dari hutan itu akan kembali
menghampirinya. Dan saat hari itu tiba, ia harus siap menghadapi takdir yang
lebih besar lagi.
Comments
Post a Comment